This month has been crazy! Kemaren - kemaren sempet mikir mendekati akhir tahun akan cukup santai karena target sudha tercapai. Ternyataa, hampir setiap minggu ada dinas luar. Ada pelatihan mendadak, ada undangan mendadak, ada pembimbingan mendadak, daaan kerjaan rutin yang mendadak bertambah. Ha ha. But I quite enjoy it. Banyak kerjaan gini jadi semakin semangat karena tantangannya berupa manajemen waktu. Jadi di otak tuh udah kebayang aja tiap hari mau ngapain, ngerjain apa. Jadinya pas udah beres kadang malah bingung. Eh, kok udah beres ya, terus mau ngapain?
Untunglah meskipun cuaca di sini belakangan ini selalu stabil, stabil panas sampai siang dilanjut hujan deras, pembangunan gudang kemarin dapat diselesaikan dengan cukup cepat. Emang nih cuacanya belakangan ini agak ekstrim. Mobil pun udah 2 minggu ga dicuci karena menghindari sakit hati akibat tragedi abis dicuci kena hujan. Cerdas bukan? Dalam hati meringis tiap liat body mobil yang udah ga polos lagi warnanya. Musim kayak gini perlu diwaspadai juga untuk menjaga kesehatan. Karena perubahan yang cukup ektrim setiap hari, nampaknya banyak korban yang berjatuhan, apalagi untuk anak-anak. Denger-denger cerita yang udah punya anak, bocah-bocah pada sakit. Jadi keinget dulu waktu bocah saya paling gampang sakit flu. Sakit flunya pun ga pandang waktu. Lagi panas cerah pun bisa tiba-tiba aja didatengin virus flu. Saya waktu kecil sangat sering maen hujan-hujanan dan justru jarang sakit flu setelah maen hujan itu. He he he. Setrong lah.
Ngomong-ngomong soal kuat, nama belakang yang sering membuat orang mengira saya ini cowok, berarti kuat. Saat saya menanyakan pada ibu, beliau bilang "Yaa biar jadi anak yang kuat." Nama adalah doa. Mungkin ibu saya tau, hidup yang akan saya hadapi memang mensyaratkan pelakunya untuk menjadi orang yang kuat. Saya juga ingat ibu saya pernah bilang kalau beliau tidak meminta saya melakukan pekerjaan rumah tangga ketika saya kecil karena itu bukan tanggung jawab saya. Tapi beliau tegas dalam urusan saya harus menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai seorang anak dan pelajar. Misalnya, kalau ada PR ya harus diselesaikan, kalau saya membuat berantakan kamar ya harus merapikan kembali, dan yang paling sederhana adalah mengembalikan barang yang saya ambil ke tempat semula. Masalah tanggung jawab ini juga yang mungkin membuat ibu saya 'tega' melepas anaknya ini untuk sekolah dan kerja di tempat yang jauh. Karena beliau merasa yakin bekal yang diberikan telah cukup untuk membuat saya menjadi orang yang bertanggung jawab.
Didikan semacam ini yang membuat saya seringkali geregetan melihat kelakuan remaja yang manja-manja. Yang masih tergantung sama orang tua bahkan untuk urusan sepele. Mungkin sebagian orang berpikir, ah ntar kalau udah gede juga bisa sendiri. Guess what? That's not always right. Kadang tidak selalu mudah terlihat, tapi cukup mudah diamati orang-orang yang tidak terbiasa membuat keputusan dan selalu tergantung pada pendapat orang lain. Ketika ada di dunia kerja, hal semacam ini jadi mudah terlihat. Karena namanya kondisi kerja untuk kepentingan orang banyak dan melibatkan ornag banyak, seringkali ada perubahan situasi di tengah jalan yang mengharuskan kita untuk mengambil keputusan secara cepat. Nah, dalam kondisi kritis gini nih bisa terlihat bagaimana karakter seseorang. And maan, these indecisive kind of people drive me crazy most of the time. How to be a patient and compassionate coworker is something that I still need to master. Udah dulu ah ngalor ngidulnya. Yuk mari ngeburu-buru orang lagi biar kerjaan cepet kelar.
No comments:
Post a Comment