Kemarin ikut trial test IELTS. Hal ini merupakan hal baru bagi saya karena saya belum pernah mengikuti test IELTS, kalau TOEFL sudah pernah meskipun hanya ITP. Sayangnya pada trial kemarin tidak termasuk sesi speaking, padahal sejujurnya sesi itu yang saya tunggu karena satu-satunya sesi yang tidak bisa dipelajari sendiri adalah sesi itu. Tes kemarin mencakup listening, reading, dan writing.Tes IELTS ini terasa lebih aplikatif dari TOEFL karena lebih mengarah ke praktek langsung penggunaan ilmu bahasa inggris yang kita miliki. Sudah tidak ada lagi test teori semacam grammar dan vocabulary. Keduanya sudah tertuang dalam sesi writing.
Lalu, sesi manakah yang paling sulit? Hmm, mungkin listening ya. Karena listening itu sungguh keberuntungan, he he he. Kadang bisa dengar jelas kadang ga terdengar sama sekali hanya seperti orang kumur-kumur. Kesulitan utama saya pada sesi ini adalah kadang-kadang kehilangan fokus ketika mendengarkan. Ketika sadar sudah dibacakan untuk soal selanjutnya -___- Untuk sesi reading. saya merasa lebih baik daripada dua sesi yang lain. Tapi tetap saja ada beberapa yang tidak yakin karena bacaannya sangat panjang jadi tidak benar-benar dapat mengoreksi satu per satu jawaban. Kalau diperhatikan, dalam menjawab soal-soal reading ini kita perlu paham sinonim karena tidak ada jawaban yang persis seperti dalam teks. Nah, sesi terakhir yaitu writing sangat menantang. Karena selain menguji kemampuan grammar dan persediaan vocabulary, dalam sesi ini kita juga dituntut untuk memiliki kemampuan analisis serta menyampaikan pendapat dengan terstruktur dan logis, daan dalam waktu terbatas. Ada dua esai yang harus dibuat, dan sepertinya saya menulis esai pertama terlalu panjang dan yang kedua terlalu pendek. Lalu bagaimana kah hasilnya? Baru akan ketahuan seminggu lagi. Let's hope for the best lah.
Acara tes kemarin diadakan di Bandung. Tes baru selesai jam 5 sore, sebelum pulang kami mampir untuk makan di bebek Boromeus. Bebek ini cukup populer meskipun hanya berupa warung tenda pinggir jalan. Saat kami tiba di sana sudah ramai sekali. Saya tidak yakin bisa dapat tempat duduk, syukurlah teman-teman yang sudah tiba lebih dulu telah menyisihkan kursi untuk kami. Meskipun sangat ramai, warung ini cukup tertib. Pemesan menulis di kertas nota yang sudah ada nomornya, dan mereka melayani sesuai urutan nomor. Pelayanannya pun cepat, jadi meskipun ramai tidak perlu menunggu lama untuk dapat makanan. Nah, apakah rasanya seenak itu sehingga warung ini sangat ramai? Hmm, saya kurang suka bebek sehingga kemarin saya pesan ayam. Tapi kalau dari rasa sambalnya, saya kurang cocok karena sambalnya cenderung manis dan kurang pedas. Teman yang makan bebek juga berkomentar kalau bebeknya terasa manis. Ketika bayar, barulah saya tahu kira-kira kenapa warung ini sangat ramai. Karena harganya murah! Saya membayar makan untuk enam orang sebesar 145.000 rupiah sudha termasuk minum. Woo.
Begitulah cerita singkat tes kemarin. Tinggal menunggu hasilnya dan siap-siap ketawa saja kalau skornya rendah. He he he.
No comments:
Post a Comment