Senangnya hatiku, notes udah ketemu. La la la la la la la la la la la. Yeay. Perkiraan saya tepat, notes ini terselip di lemari. Tersembunyi di belakang tumpukan baju. Tapi yah, namanya idup, nemu satu ilang yang lain. Kemarin pagi di rumah dihebohkan dengan barang kecil lain yang di'hilang'kan oleh si suami. Dia merasa sudah ngambil, tapi saat mau dipakai malah menghilang. Akhirnya sepagian sebelum berangkat sibuk mencari barang itu. dan ga ketemu. Heran juga sih bisa menghilang gitu ya. Mungkin punya ilmu ninja kali. Bahkan sore sepulang kantor kemarin saya pelototin lagi setiap jengkal rumah dan perabot, masih ga keliatan juga tuh barang. Niat banget sembunyinya. Nampaknya barang-barang yang menghilang dari peredaran ini merupakan suatu tanda ya. Untuk beberes rumah. Hu hu hu. Memang sih, tiga bulan belakangan ini ritme beberes jadi berubah. Dari yang sebelumnya rutin bersihin kamar mandi dua minggu sekali, ngepel paling ga sebulan sekali, vakum lantai seminggu dua kali, sekarang ga karuan. Nampaknya harus dibenerin lagi. Kondisi badan juga inshaAllah sudah bisa diajak rajin-rajin lagi.
Hari ini di ruangan sangat sepi. Banyak yang sedang dinas luar. Tadi pagi saya dan seorang teman juga pergi ke Pusat Penelitian Biomaterial untuk melakukan bimbingan penyusunan draft paten. Alhamdulillah, berlangsung cukup baik. Selesai dari sana pas waktu istirahat, jadi kami putuskan untuk makan siang di rumah Dina. Sejak Dina pindah ke rumahnya ini, baru kali ini saya berkunjung. Tadinya saat masih sama-sama belum nikah, kami adalah tetangga kos. Sekarang sudah sama-sama nikah jadi bukan tetangga lagi deh. He he.
Ngomongin rumah, kami membahas harga rumah di daerah Cibinong yang naiknya ga kira-kira. Mungkin memang seenak developernya saja. Kemudian saya teringat perumahan tempat tinggal tante di Banyuwangi. Perumahan itu melakukan pembangunan tahap lanjut dengan rumah-rumah yang jauh lebih besar dan bagus. Dan harganya? Kalau di Cibinong uang segitu hanya bisa untuk beli rumah tipe 36. Hu hu hu. Hal -hal seperti ini nih yang bikin merasa pingin nyari rezeki di kampung aja. Sungguh beruntung orang-orang yang bisa bekerja di kampung halaman dan dekat dengan keluarga.
Tentu saja kepinginan di atas hanya terbersit sejenak dan tidak mengurangi rasa syukur saya. Saya percaya sepercaya-percayanya bahwa rezeki itu diatur oleh Allah. Dan Allah tau apa yang terbaik untuk kita serta kapan waktu terbaik untuk memberikan rezeki itu untuk kita. Meskipun jauh dari kampung halaman, saya bersyukur punya pekerjaan. Meskipun bukan rumah super besar, saya bersyukur bisa tinggal di rumah sendiri bersama keluarga. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment