Tuesday, June 24, 2014

Tentang Bekerja

Beberapa pagi yang lalu, saya mendapat telfon dari staf CDA (Career Development and Alumni Affairs) IPB, kampus saya. Sepertinya, staf yang menghubungi saya tersebut masih mahasiswa, kita sebut saja mbak mbak. Telfon tersebut ternyata merupakan survei mengenai alumni. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan berkisar sekarang kerja di mana, berapa bulan mendapat pekerjaan setelah lulus, sesuai atau tidak dengan jurusan, kesulitan apa yang dihadapi di dunia kerja, yah dan sebagainya dan sebagainya. Hal yang cukup membuat saya kaget dan agak prihatin adalah ketika saya menyebutkan bahwa saya bekerja di LIPI, mbak mbak tersebut menanyakan, LIPI apa ya? Bahkan ketika saya sudah menyebutkan kepanjangan LIPI, yang bersangkutan sepertinya masih belum punya gambaran.



Rasanya sedih. Bukan, bukan karena tempat kerja saya ga terkenal. Tapi sedih karena seorang sivitas akademika (begitu sebutan untuk seluruh anggota keluarga besar IPB), terlebih berurusan dengan karir, entah dia mahasiswa atau bukan, tidak mengenal LIPI. LIPI adalah lembaga ilmu pengetahuan terbesar di Indonesia dan merupakan organisasi pemerintah di bidang ilmu pengetahuan. Rasanya menyedihkan saat ada orang yang berada di lingkungan akademik tidak mengenal LIPI. Tapi, saya juga tidak sepenuhnya menilai negatif pada orang tersebut. Saya juga berpikir, apa mungkin LIPI sendiri yang kurang menunjukkan taringnya di Indonesia, kurang terlihat perannya di dunia akademik. Saya sebut kurang terlihat perannya, bukan kurang berperan, karena sejatinya LIPI berperan memajukan pengetahuan Indonesia. Saya ingat salah seorang senior pernah berpendapat, jika ingin dikenal, LIPI harus memiliki, minimal satu saja, karya besar yang akan dikenal dan dibicarakan oleh masyarakat. Kalau bisa kehebohannya mengalahkan gosip-gosip infotaiment. Selama ini LIPI banyak melakukan penelitian ini itu, kajian begini begitu, tapi hanya kalangan tertentu yang tau, apalagi sampai merasakan manfaatnya secara langsung. Semoga tahun - tahun ke depan, lembaga ini menjadi lebih baik (dan dikenal).

Saya sendiri, saat ini bekerja di Pusat Inovasi LIPI, bidang Manajemen Kekayaan Intelektual. Yang ga tau KI itu apa, contoh mudahnya adalah paten dan hak cipta, ujung-ujungnya royalti. Saat ditanya, apakah pekerjaan saya saat ini sesuai dengan bidang, saya jawab sesuai. Meskipun sekilas Kekayaan Intelektual dan Teknologi Pangan jauh bangeet. Iya, secara substansi memang jauh. Tapi, Kekayaan Intelektual sendiri sifatnya sangat umum, banyak jenisnya. Kenapa saya bilang pekerjaan ini sesuai dengan bidang saya? Karena saat ini, pekerjaan saya sebagian besar adalah membantu penyusunan draft paten dari hasil - hasil penelitian LIPI untuk selanjutnya didaftarkan perlindungan paten. Nah, kebanyakan penelitian yang saya kerjakan berasal dari bidang kimia, biologi, bioteknologi, maupun pangan sendiri. Alhamdulillah, saya merasa bekal yang saya peroleh di Ilmu dan Teknologi Pangan IPB cukup menjadi dasar pijakan untuk menjalani pekerjaan saat ini. Tentu saja dari pijakan tersebut saya harus melangkah dan berlari lagi. Makan bekal dari sana sini untuk memperoleh pemahaman yang cukup untuk agar bisa menjalankan pekerjaan dengan baik.

Mengenai kesesuaian pekerjaan dengan latar belakang akademik, dalam kasus seperti yang saya alami sekarang, kreatif dan berpikiran terbuka menjadi hal yang penting. Kreatif dalam hal mencari hubungan antara pekerjaan dengan kompetensi yang telah kita pelajari dan berpikiran terbuka menerima ilmu - ilmu baru yang mungkin sangat berbeda dengan apa yang telah kita pelajari.
Sering sekali saat kuliah dulu dosen -dosen berpesan,
"Dunia kerja nanti akan sangat berbeda dengan dunia kampus yang kalian jalani sekarang. Kalian harus siap menghadapi apapun itu."
Kadang-kadang hal - hal seperti itu dilontarkan saat ada tugas mendadak di luar jadwal. Akhirnya menjadi sebuah alasan,
"Biar kalian siap saat di dunia kerja nanti diminta melakukan pekerjaan mendadak."
Errr, saat itu kesal sekali rasanya. Tapi itu semua kurang lebih memang terjadi. Apa yang kita hadapi di dunia kerja, sering sekali tidak sesuai dengan ekspektasi kita saat di masa kuliah. Teori - teori yang kita sembah di dunia kuliah, seringkali diinjak-injak di dunia kerja. Yah, mungkin tidak seekstrim itu sih.
Saya pribadi, menganggap dunia kampus lebih berperan untuk pembentukan pola pikir dan karakter. Karena materi akademik yang diajarkan saat ini sangat mudah diperoleh di luar kampus. Say thanks to e-book and e-journal. Pola pikir dan karakter inilah yang nantinya menciptakan citra yang mungkin berbeda antara orang yang berpendidikan dan yang tidak. Mungkin, karena tidak selalu terjadi.
Jadi, jangan berhenti belajar karena otak kita masih menyimpan banyak ruang kosong untuk menampung semua ilmu.


2 comments:

  1. kalo memakai terminologi sistem kendali :

    kampus (input sistem) ---> dunia nyata (work)(system) ---> output (high quality life)

    perlu difeedback kan ke kampus lagi supaya ada improvement.. sering kali itu yg ga terjadi.. soal e typical work market di indonesia itu mencari buruh.. haha jadi kdg industri tdk merasa perlu capek2 ke kampus haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Industri yang mau repot sih ya ngadain training sendiri bwt calon2 pekerjanya. Yang ga mau, ya nyari aja dari sekian banyak pelamar itu yang cocok sama mereka.
      Jadii calon-calon pelamar sebaiknya banyak-banyak membekali diri. Thanks for the comment anyway.

      Delete