Jadii, gw
bikin tulisan tentang mie ini bukan dalam rangka promosi atau provokasi, tapi
sebagai orang yang belajar dunia pangan, rasanya jadi punya tanggung jawab
moral buat meluruskan beberapa hal yang mungkin salah tapi dianggap lumrah.
Halah. Seriously, that wrong opinion about instant noodle a little bit bothered
me. Beberapa hari lalu gw ngobrol sama pacar. Entah gimana awalnya, tiba - tiba
nyangkut ke mie instant. Yak, romantis sekali memang.
Gw
bilang, "Iya, jadi kalau mau bikin mie instan tinggal masukin mie nya ke
air di panci, tungguin sampai mendidih, mie nya empuk. Udah deh, terus
diangkat, campur bumbunya."
Dan dia
jawab, "Ih, gitu doang? Terus airnya gimana?"
"Maksudnya,
air rebusan pertamanya mau dibuang gitu? Kaga usaaah. Itu ga pa-pa kali."
Jawab gw mulai ga sabaran
"Yang
katanya ada lilin-lilin itu gimana?"
God. Pada
titik ini gw terbagi antara gemes geregetan dan merasa bersalah juga. Si pacar
sendiri masih kemakan berita ga bener tentang makanan. Ke mana aja kamu nak? Hu
hu hu. Lalu, gw mencoba menjelaskan. Dari apa yang gw pelajari selama kuliah
dan dari kunjungan langsung ke industri yang memproduksi mie instan, pada mie
nya sendiri ga ditambah bahan pengawet (untuk merk itu lho yaa). Adonan mie,
setelah dibentuk seperti mie yang kita tau, lalu dikeringkan, bisa dengan cara
digoreng atau dioven. Untuk mie instant, lebih banyak digoreng karena kadar air
akhirnya akan lebih rendah, yang berarti akan lebih awet dan lebih mudah
menyerap air ketika dimasak nanti. Sisa minyak goreng pada mie inilah, yang
akan terlihat saat mie instan direbus. Sisa minyak tersebut akan terlihat di
permukaan air sebagai lapisan tipis yang ga bercampur dengan air. Ya iyalaaah,
namanya juga minyak. Daan, lapisan minyak ini yang sering diisukan sebagai
lilin. Pengawet sendiri ditambahkan pada bumbu dan minyak sayur (atau kecap atau
saus) yang melengkapi mie instan. Jadi kalau ingin menghindari ya bikin bumbu
sendiri aja. But, I personally never had any problem with that. Gw makan-makan
aja tuh mie instan dan bumbunya. Gw selalu menyerah pada godaan mie rebus pake
telor dan irisan cabe, apalagi pas ujan-ujan. *mulai ngiler.
Terus
gimana sama berita yang bilang ada anak yang usunya bolong gara-gara tiap hari
makan mie instan?
Yaa pada
dasarnya sih gw yakin, apapun itu, kalau berlebihan ga baik. Mie instan juga.
Kalau makan mie nya doang, ga ditambah lauk pelengkap lain, itu cuma
karbohidrat aja. Kalau kita tiap hari makan kayak gitu doang, ya jelas kurang
gizi lah. Sama kayak makan nasi doang. Gw inget juga kata dosen gw dulu, kalau
mau sehat itu kuncinya makan makanan yang beragam dan seimbang. Dari jaman
kuliah dulu juga udah ada kontroversi tuh. Ada dosen yang kontra banget dengan
segala macam zat aditif (pengawet, pewarna, perisa, dan kawan-kawannya). Beliau
berpendapat bahwa sekecil apapun jumlahnya itu semua adalah zat asing yang
masuk dalam tubuh kita. Dan sekecil apapun itu, meskipun hanya sepersekian
triliun, tetap saja ada resiko. Di lain pihak, ada dosen yang bilang kalau dia
lebih baik makan makanan dengan zat aditif yang sudah jelas teruji keamanannya,
dalam hal ini berarti sudah mendapat izin penggunaan, bisa dari BPOM atau WHO,
daripada mengkonsumsi bahan alami yang belum jelas keamanannya. Karena belum
tentu semua yang alami itu aman. Gw sendiri berpikir dua - duanya bener. Zat
aditif memang punya resiko dan tidak semua bahan alami aman. Terus gimana? Ya
gw tetep makan apa aja yang pengen gw makan. Ha ha ha. Dengan catatan, tidak
berlebihan.
Beruntungnya,
nyokap gw juga ga pernah membatasi gw soal jajanan dengan terlalu ketat. Tau
lah bocah, apa aja dulu dimakan. Apa lagi waktu SD. Tukang jajanan
seabrek-abrek nongkrong di depan sekolah waktu jam-jam istirahat dan pulang.
Macem - macem makanan udah masuk perut. Dari yang semacam cilok (kayak bakso
dari tepung kanji), es serut dengan warna yang mencolok mata, kerupuk - kerupuk
dan keripik-keripik, gorengan, dan snack hasil ekstrusi (atau bahasa ilmiahnya
ciki, heh heh). Dan alhamdulillah saya sehat, pernah sakit typus pun enggak.
Naudzubilllahimindzallik, jangan sampai deh. Tubuh kita punya sistem imun. Dan
seperti prajurit pelindung, sistem imun tubuh kita pun perlu berlatih. Kayak
diberi vaksin, itu juga bisa dianggap sebagai bentuk latihan bagi sistem imun
tubuh kita untuk menghadapi penjahat. Nah, nanti kalau penjahat yang beneran,
atau bakteri, virus, dan segala macem benda asing yang bikin kita sakit beneran
dateng, sistem imun kita sudah siap, sudah terlatih untuk bertarung. Tapi jangan
sengaja makan makanan yang udah jelas ga sehat dan berbahaya ya. I don’t
recommend that. :-D
Bocoran,
gw pernah dimarahin nyokap sih gara- gara kebanyakan makan snack ekstrusi, yang
ga jelas lagi mereknya. Ha ha. Yah, ga afdol lah jadi bocahnya kalau belum
pernah dimarahin gara - gara jajanan.
Okay, segitu dulu yeuh. Mohon dikoreksi kalau ada fakta - fakta yang salah. I'm still and always be a learner.
No comments:
Post a Comment