Wednesday, May 28, 2014

Tentang Makanan

 Jadii, gw bikin tulisan tentang mie ini bukan dalam rangka promosi atau provokasi, tapi sebagai orang yang belajar dunia pangan, rasanya jadi punya tanggung jawab moral buat meluruskan beberapa hal yang mungkin salah tapi dianggap lumrah. Halah. Seriously, that wrong opinion about instant noodle a little bit bothered me. Beberapa hari lalu gw ngobrol sama pacar. Entah gimana awalnya, tiba - tiba nyangkut ke mie instant. Yak, romantis sekali memang.
Gw bilang, "Iya, jadi kalau mau bikin mie instan tinggal masukin mie nya ke air di panci, tungguin sampai mendidih, mie nya empuk. Udah deh, terus diangkat, campur bumbunya."
Dan dia jawab, "Ih, gitu doang? Terus airnya gimana?"
"Maksudnya, air rebusan pertamanya mau dibuang gitu? Kaga usaaah. Itu ga pa-pa kali." Jawab gw mulai ga sabaran
"Yang katanya ada lilin-lilin itu gimana?"


God. Pada titik ini gw terbagi antara gemes geregetan dan merasa bersalah juga. Si pacar sendiri masih kemakan berita ga bener tentang makanan. Ke mana aja kamu nak? Hu hu hu. Lalu, gw mencoba menjelaskan. Dari apa yang gw pelajari selama kuliah dan dari kunjungan langsung ke industri yang memproduksi mie instan, pada mie nya sendiri ga ditambah bahan pengawet (untuk merk itu lho yaa). Adonan mie, setelah dibentuk seperti mie yang kita tau, lalu dikeringkan, bisa dengan cara digoreng atau dioven. Untuk mie instant, lebih banyak digoreng karena kadar air akhirnya akan lebih rendah, yang berarti akan lebih awet dan lebih mudah menyerap air ketika dimasak nanti. Sisa minyak goreng pada mie inilah, yang akan terlihat saat mie instan direbus. Sisa minyak tersebut akan terlihat di permukaan air sebagai lapisan tipis yang ga bercampur dengan air. Ya iyalaaah, namanya juga minyak. Daan, lapisan minyak ini yang sering diisukan sebagai lilin. Pengawet sendiri ditambahkan pada bumbu dan minyak sayur (atau kecap atau saus) yang melengkapi mie instan. Jadi kalau ingin menghindari ya bikin bumbu sendiri aja. But, I personally never had any problem with that. Gw makan-makan aja tuh mie instan dan bumbunya. Gw selalu menyerah pada godaan mie rebus pake telor dan irisan cabe, apalagi pas ujan-ujan. *mulai ngiler.

Terus gimana sama berita yang bilang ada anak yang usunya bolong gara-gara tiap hari makan mie instan?
Yaa pada dasarnya sih gw yakin, apapun itu, kalau berlebihan ga baik. Mie instan juga. Kalau makan mie nya doang, ga ditambah lauk pelengkap lain, itu cuma karbohidrat aja. Kalau kita tiap hari makan kayak gitu doang, ya jelas kurang gizi lah. Sama kayak makan nasi doang. Gw inget juga kata dosen gw dulu, kalau mau sehat itu kuncinya makan makanan yang beragam dan seimbang. Dari jaman kuliah dulu juga udah ada kontroversi tuh. Ada dosen yang kontra banget dengan segala macam zat aditif (pengawet, pewarna, perisa, dan kawan-kawannya). Beliau berpendapat bahwa sekecil apapun jumlahnya itu semua adalah zat asing yang masuk dalam tubuh kita. Dan sekecil apapun itu, meskipun hanya sepersekian triliun, tetap saja ada resiko. Di lain pihak, ada dosen yang bilang kalau dia lebih baik makan makanan dengan zat aditif yang sudah jelas teruji keamanannya, dalam hal ini berarti sudah mendapat izin penggunaan, bisa dari BPOM atau WHO, daripada mengkonsumsi bahan alami yang belum jelas keamanannya. Karena belum tentu semua yang alami itu aman. Gw sendiri berpikir dua - duanya bener. Zat aditif memang punya resiko dan tidak semua bahan alami aman. Terus gimana? Ya gw tetep makan apa aja yang pengen gw makan. Ha ha ha. Dengan catatan, tidak berlebihan.

Beruntungnya, nyokap gw juga ga pernah membatasi gw soal jajanan dengan terlalu ketat. Tau lah bocah, apa aja dulu dimakan. Apa lagi waktu SD. Tukang jajanan seabrek-abrek nongkrong di depan sekolah waktu jam-jam istirahat dan pulang. Macem - macem makanan udah masuk perut. Dari yang semacam cilok (kayak bakso dari tepung kanji), es serut dengan warna yang mencolok mata, kerupuk - kerupuk dan keripik-keripik, gorengan, dan snack hasil ekstrusi (atau bahasa ilmiahnya ciki, heh heh). Dan alhamdulillah saya sehat, pernah sakit typus pun enggak. Naudzubilllahimindzallik, jangan sampai deh. Tubuh kita punya sistem imun. Dan seperti prajurit pelindung, sistem imun tubuh kita pun perlu berlatih. Kayak diberi vaksin, itu juga bisa dianggap sebagai bentuk latihan bagi sistem imun tubuh kita untuk menghadapi penjahat. Nah, nanti kalau penjahat yang beneran, atau bakteri, virus, dan segala macem benda asing yang bikin kita sakit beneran dateng, sistem imun kita sudah siap, sudah terlatih untuk bertarung. Tapi jangan sengaja makan makanan yang udah jelas ga sehat dan berbahaya ya. I don’t recommend that. :-D
Bocoran, gw pernah dimarahin nyokap sih gara- gara kebanyakan makan snack ekstrusi, yang ga jelas lagi mereknya. Ha ha. Yah, ga afdol lah jadi bocahnya kalau belum pernah dimarahin gara - gara jajanan.

Okay, segitu dulu yeuh. Mohon dikoreksi kalau ada fakta - fakta yang salah. I'm still and always be a learner. 

No comments:

Post a Comment