Thursday, October 8, 2015

It's Simply Rain

Kemarin sore hujan. Alhamdulillah. Setelah sekian lama tidak hujan, akhirnya tetes - tetes air itu  turun juga dari langit yang sudah mendung beberapa hari ini. Rasanya baru kali ini ngerasain berbulan-bulan ga hujan, kemarau, di Bogor. Selama 4 tahun kuliah dan 1 tahun bekerja di yang katanya kota hujan ini. Biasanya, hujan tidak pernah absen lebih dari 1 bulan. Lucu sebenarnya bagaimana kita bisa melupakan rasanya setiap hari mendung, hujan, gelap, dan dingin, saat itu semua tidak harus kita temui setiap hari. Hujan kemarin membawa kembali semua rasa-rasa itu.


Saya pindah ke tempat saya bekerja sekarang pada bulan Desember. Saat musim hujan sedang hujan-hujannya. Jalan ke tempat kost saya adalah jalan tanah yang langsung lunak ketika terkena air dan berdebu ketika kering. Bisa dibayangkan, saat musim hujan lagi gencar-gencarnya, setiap hari saya harus melewati jalanan berlumpur. Tempat kost saya berada di pinggir perkampungan padat, di sisi seberang jalan, adalah lapangan rumput yang sering dijadikan tempat sepak bola mapun kegiatan lain oleh remaja-remaja sekitar. Di sebelah lapangan itu, ada lahan penelitian milik LIPI, kadang ditanami jagung, kadang singkong. Karena lingkungan sekitar yang masih memiliki banyak ruang terbuka, tempat kost saya cukup sejuk. Saat musim hujan, kesejukan itu berubah jadi dingin. Apalagi saat musim hujan sedang rajin, hasil kondensiasi uap air itu datang setiap sore. Dinding - dinding tempat kost jadi terasa lembab, hal yang tidak saya sukai. Tapi saya suka nyamannya memakai kaus kaki saat tidur dengan suara hujan di luar. Hujan kemarin sedikit banyak mengingatkan saya pada waktu-waktu itu. Waktu ketika sore hari di tempat kerja sering terinterupsi dengan tatapan khawatir ke luar jendela, mengamati mendung, menebak-nebak kapan kiranya hujan turun, dan berharap bisa pulang sebelum itu terjadi. Sekarang, saat matahari sedang berjaya, entah bagaimana semua kesan tentang hujan terasa begitu jauh.

Banyak yang bersyukur hujan kemarin turun. Ibu-ibu tetangga di sekitar rumah senang karena udara jadi sejuk. Wajar karena sudah berhari-hari udara gerah melingkupi. Senang juga karena sumur-sumur akan kembali terisi air. Saya sendiri juga senang hujan turun, tidak perlu menyirami taman. He he. Tapi, ternyata di beberapa wilayah, hujan turun bersama angin membawa oleh-oleh pohon tumbang dan air menggenang. Foto - foto mobil tertimpa pohon dan kendaraan berenang di jalan raya berseliweran di dunia digital. Sedih dan prihatin juga, sudah lama tidak hujan, sekalinya hujan ada bencana kecil di sana sini. Entah mengapa belum bisa keluar dari lingkaran kekeringan-saat-kemarau-kebanjiran-saat-hujan. Semoga setiap bencana yang kita hadapi membuat kita berpikir dan memacu kita bertindak untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Kesejukan yang dibawa hujan kemarin masih tersisa hingga hari ini. Mendung masih menjadi selimut tipis di langit, udara juga masih terasa dingin. Senang sekali saat seperti ini saya menemukan album Train yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Cukuplah untuk menambah semangat hari ini. Sampai jumpa lagi, kalian.

No comments:

Post a Comment