Thursday, October 23, 2014

Movie: Her (Spoiler alert)

Selain baca buku, nonton film adalah kegiatan favorit gw. Beberapa waktu lalu gw nonton Her. Film ini bercerita tentang Theodore (Joaquin Phoenix), seorang lakil-laki yang baru berpisah dengan istrinya, yang jatuh cnta dengan Samantha. Samantha adagrom komputer. Gampangnya ya mirip digital assistant gitu lah. Konfliknya udah jelas ya, hubungan antara manusia dan program komputer. This is clearly beyond inter species relationship, because Samantha is not even species, right?


Menurut gw fim ini unik. Mengangkat tema hi-tech dengan adanya tokoh Samantha, tapi keseluruhan film sendiri mengedepankan kesan drama dan emosi karakternya. Dari cara pengambilan gambar pun, film ini dengan jelas memberi kesan drama-romantis akibat warna-warna musim gugur yang digunakan. Dalam fim ini, meskipun teknologi udah maju, yang digambarkan dengan setiap orang menggunakan digital assistant dan komputer serta game canggih, sisi kehidupan yang lain ga digambarkan berubah secara drastis, seperti dalam film-film lain dengan tema Hi-tech. Pakaian tokoh-tokohnya bahkan lebih bergaya vintage. 

Konflik emosional yang dialami oleh si tokoh utama, Theodore, menjadi sentral cerita. Buat yang ga suka dengan film alur lambat, dan lebih terbiasa dengan film dengan banyak tokoh, film ini akan jadi membosankan. Si Theodore ini menguasai sampai 80% dari durasi film, dan di banyak scene, dia jadi karakter tunggal. Film ini dalem banget bwt para pecinta drama. Perasaan depresi Theodore setelah dia berpisah dengan istrinya digambarkan lewat keinginannya buat berhubungan dengan wanita, dan kenangan - kenangan dengan mantan istrinya yang masih sering terbayang di benaknya. Sampai dia membeli sebuah program, Samantha. Iklannya si Samantha ini pun bilang kalau dia bukan sebuah program, tapi sebuah "consciousness", sebuah kesadaran atau entitas sendiri. Yang bikin gw tertarik buat nonton film ini adalah, pengisi suara untuk si Samanta ini adalah Scarlett Johansson. Aaaaw, sebagai cewek pun gw akuin suaranya mbak-mbak yang satu ini sekseh abes. Ha ha.

Samantha ini menyesuaikan dirinya dengan kondisi Theodore. Selain membantu kebutuhan-kebutuhan dasar Theodore yang berhubungan dengan internet, dia juga berperan sebagai teman bagi Theodore. Seperti misalnya, ketika email mengenai perceraian mampir ke inbox Theodore, selain memberi informasi tentang itu, Samantha juga memberi penghiburan ke Theodore. Samantha juga jadi temen ngobrol yang baik buat Theodore. Sangat baik sampai Theodore merasa bebas menyampaikan apapun perasannya pada Samantha. Dari obrolan-obrolan inilah lama-lama Theodore semakin merasa nyaman dan jatuh cinta dengan Samantha. Samantha, sebagai program super pun punya kemampuan untuk mempelajari emosi manusia dan bahkan mengalami emosi-emosi itu dan dia sadar kalau dia menyayangi Theodore. Semua proses ini digambarkan dengan halus, peristiwa-peristiwa yang dialami bersama oleh Theodore dan Samantha dan cara mereka berinteraksi akan membuat kita terbawa alur film sehingga menganggap apa yang terjadi di antara mereka normal. Padahal kalau ga nonton film ini, kita pasti akan menganggap orang yang jatuh cinta sama prorgam komputer itu freak.

Konflik mulai muncul setelah Theodore bertemu dengan mantan istrinya. Ucapan istrinya mengenai Theodore yang tidak sanggup menangani "real relationship" membuatnay memikirkan kembali hubungannya dengan Samantha, memikirkan entitas Samantha yang bukan manusia. Yah, pada dasarnya ini kembali ke pertanyaan, "How could she even feel?" Permasalahan lain muncul ketika Samantha semakin berkembang, dia merajut jalinan dengan program-program lain dan mulai berinteraksi dengan orang-orang lain dalam waktu bersamaan. Ketika Theodore bisa menerima bahwa dia mencintai program komputer, saat itu Samantha justru mengakui bahwa selain mencintai Theodore, dia juga jatuh cinta dengan ribuan orang lain. Fakta ini jelas mengguncang Theodore. Sebagai manusia, tentu sulit, bahkan tidak mungkin memahami bagaimana dia bisa jatuh cinta pada sekian banyak orang. 
Akhirnya, evolusi Samantha yang semakin berkembang menyebabkan dia dan program-program serupa lainnya meninggalkan manuisa. Don't even ask me where the go _ _"

Theodore pun kembali ke kehidupan lamanya tanpa Samantha. Di sini, kerasa banget perasaan sepi dan kehilangan yang dialami Theodore. Seseorang (lebih tepanya sesuatu) yang biasanya selalu ada, tiba-tiba ilang. Man, you can almost feel that hole on your chest T_T. 

Segitu aja deh reviewnya, film Her ini bagus dan unik. Durasi filmny kurang lebih 2 jam. Jadi, kalau lagi lelah, lagi banyak yang dipikirin, pengen lari sejenak dari kenyataan (halah), atau yang sekedar lagi santai, film ini rekomended buat ditonton.

No comments:

Post a Comment