Wednesday, August 12, 2015

This is about book.

Saya senang membaca buku. Setiap kali ditanya atau diminta mengisi formulir yang ada kolom hobi, membaca buku adalah hal yang pasti saya tulis. Mungkin ini hobi yang umum dan ga kreatif ya, tapi saya memang senang membaca buku. Pertama kali membaca mungkin saat berumur 3 atau 4 tahun, saat bersekolah di TK. Ingat sekali dulu Ibu mengajari saya membaca huruf dengan cara menempelkan poster yang bertuliskan huruf-huruf alfabet dalam ukuran besar. Ibu akan menunjuk huruf-huruf itu satu persatu dengan tongkat penunjuk yang terbuat dari antena radio yang bisa diatur panjang pendeknya (I was really impressed with this anyway), dan saya harus menyebutkan huruf yang ditunjuk tersebut. Saya ingat saya seringkali kesulitan mengingat huuruf M. He he he. Saya cukup cepat belajar, ada kalanya ketika saya bandel dan ibu saya sudah geregetan, beliau akan memukul pelan (sangat pelan) dengan menggunakan tongkat penunjuk. Yah namanya, tetap saja kalau sudah bosan akan membandel.


Ibu saya adalah orang paling berjasa dalam mengenalkan saya dengan buku. Saat belum bisa membaca pun, beliau sudah mengenalkan saya dengan cerita-cerita bergambar yang waktu itu diperoleh dari majalah-majalah lama yang banyak di antaranya dibeli kiloan. Karena saat itu kami tidak mampu membeli buku bergambar khusus anak-anak. Ibu saya telaten mengajari dan menjejali saya dengan buku-buku itu. Saat sudah mulai bisa membaca, saat ada rezeki, ayah akan membelikan majalah anak-anak favorit saat itu, Bobo. Dulu awalnya hanya cerita bergambar saja yang saya baca karena tulisannya sedikit, seperti Keluarga Bobo; Nirmala dari Negeri Dongeng; Paman Kikuk, Husin, dan Asta; dan Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang. Waw, menyenangkan sekali rasanya mengingat cerita-cerita itu. Kemudian ibu mengajari untuk mulai membaca cerpen, bacanya dicicil. Satu atau dua paragraf dalam satu watu, kemudian ditandai untuk dilanjutkan dilain waktu. Dengan cara seperti itu saya mulai lancar membaca cerpen yang panjang, bahkan senang membaca cerita-cerita yang panjang meskipun tidak ada gambarnya.

Masuk SD, saya sudah bisa membaca dan semakin senang membaca. Mungkin saat kelas 3 SD adalah awal mengoleksi buku. Saat itu yang dikoleksi buku-buku yang ringan dibaca seperti komik, kumpulan cerpen, dan buku seri cerita rakyat. Belinya gimana? Dengan menabung uang jajan. Jadi tiap hari menyisihkan uang jajan untuk beli buku. Biasanya beli bukunya ke Gramedia waktu libur sekolah, itu udah merasa kaya dengan membawa uang hasil menabung selama sebelum libur. Lebih gembira lagi kalau libur setelah hari raya, karena dapet tambahan uang banyak dari hasil pemberian orang-orang dewasa, he he. Bahagia sekali pulang dari Gramedia membawa tas penuh buku, sayang sekali cepat habis dibaca. Jadilah biasanya satu buku langsung saya baca dua kali karena cepat habis, apalgi komik. Waktu SD ini saya juga mendapat uang tambahan dengan menyewakan komik. Penyewaan komik dan buku-buku lain ini sempat berjalan beberapa waktu dengan cara saya membawa komik ke sekolah sesuai pesanan teman-teman. Tapi pada akhirnya berhenti karena saya sedih melihat kondisi buku yang disewakan kembail dengan menyedihkan. Ada juga beberapa buku yang hilang. Akhirnya penyewaan komik itu berhenti. Jarang sekali pengen beli mainan yang macam-macam, yang ada pengen beli buku macam-macam. 

Mulai SMP, range buku yang saya baca berkembang, tidak lagi hanya komik dan cerita pendek, tapi mulai baca juga novel-novel yang tebal. Tapi komik tetap tidak pernah hilang dari daftar belanja buku. Waktu SMP ini juga saya dikenalkan oleh teman sebangku saya pada Harry Potter. Saya ingat waktu itu mulai baca justru dari novel kedua dan saya langsung jatuh cinta dengan novel itu. Baca pertama masih dipinjami, setelah itu langsung menabung untuk beli novel-novel Harry Potter yang lain. Waktu SMP itu juga banyak baca kumpulan cerpen - cerpen Islami yang mungkin menyumbang juga pada niatan untuk berhijab.

Waktu SMA, bacaan udah segala macam yang dibaca. Komik, novel teen-lit, novel fiksi, chicken soup series, buku filsafat populer, buku-buku Islami, buku-buku psikologi, macam-macam. Koleksi buku di rumah pun semakin banyak sampai ibu membuatkan daftar inventaris lengkap dengan label di setiap buku. Saya cukup keras untuk urusan pinjam-meminjam buku. Karena saya termasuk orang yang sangat hati-hati dan pecinta buku, saya menjaga buku koleksi saya agar dalam kondisi yang baik dan terawat. Kalau ada teman yang pinjam buku, saya selalu cerewet berpesan ini itu. Pernah suatu ketika saya meminjamkan buku pada seorang teman, cukup lama buku itu belum dikembalikan. Tiba-tiba saya melihat buku itu dibaca oleh teman lain dan katanya dia dipinjami oleh teman yang lain yang katanya dipinjami oleh teman yang saya pinjami. Wah, mau meledak rasanya saat itu. Buku saya beredar tanpa sepengetahuan saya dan kondisinya jauh lebih buruk dari waktu saya pinjamkan pada teman pertama. Setelah itu saya langsung meminta buku tersebut untuk dikembalikan dan merasa kapok meminjamkan buku. Mulai saat itu saya tidak gampang meminjamkan buku pada teman. Saya berhati-hati dan pilih-pilih untuk meminjamkan buku. Bahkan, untuk buku tertentu saya tidak mau membawa ke sekolah. Jika ada teman yang ingin pinjam, saya minta dia untuk mengambil buku tersebut di rumah. Mungkin saat itu ada yang berpikir saya pelit tidak mau meminjamkan buku. Saya tidak ambil pusing, daripada saya jengkel dengan orang dan buku saya rusak, lebih baik dibilang pelit. Toh, itu tidak sepenuhnya benar. 

Beranjak kuliah saya masih cukup sering beli buku. Buku-buku ini yang akhirnya memenuhi tempat kost. He he. Tapi intesitas membaca dan membeli buku sudah sangat berkurang dibandingkap sebelum kuliah karena kegiatan yang lebih padat dan tugas-tugas yang lebih menyita waktu. Setelah lulus kuliah dan beulm mulai bekerja, sempat kembali memuaskan diri sendiri untuk memborong buku dan menghabiskan waktu dengan buku-buku itu. Setelah bekerja, kembali saya kehilangan waktu untuk hobi ini. Apalagi setelah menikah dan tinggal di rumah sendiri, semakin sempit waktu yang tersedia untuk membaca.Memang, teknologi saat ini sudah menyediakan buku dalam bentuk e-book yang bisa disimpan dan dibaca di mana saja. Tapi saya tidak nyaman membaca dari layar gadget. Saya lebih senang memegang fisik buku. Apalagi untuk buku baru, ada aroma khas dari kertas yang keluar saat lembar-lembar halamannya dibuka. Itu, salah satu hal menyenangkan saat membaca buku. Yah, tidak selalu sih karena terkadang aroma kertasnya agak aneh. he he he. Semoga saya bisa mengatur waktu lebih baik sehingga bisa berkumpul lagi dengan buku-buku.


No comments:

Post a Comment