Friday, August 21, 2015

Weekend Getaway

Haloo, mau cerita tentang weekend singkat nih. Sebelumnya, Dirgahayu Republik Indonesia. Semoga, pemimpin dan rakyat yang dipimpin jadi lebih baik.
Tanggal 17 Agustus tahun ini jatuh di hari Senin. Tadinya, D pengen jalan-jalan di long weekend itu, tapi sebagai aparatur negara yang baik, saya menolak karena harus mengikuti upacara bendera di hari Senin. Jadilah hari Sabtu dan Minggu saja kami nekat merencanakan short trip. Kami memang ingin sekali berlibur karena sejak meniklah memang belum ngerasain liburan berdua, selama pulang kampung untuk acara walimatul ursy, cuti kami habis untuk persiapan pernikahan karena memang waktu cuti yang kami ambil cukup singkat. Setelah acara pun kami habiskan istirahat di rumah dan packing barang - barang yang akan dikirim ke rumah baru kami.Tiba di Bogor pun langsung sibuk membenahi ini itu, jadilah kami benar - benar tidak sempat merasakan yang namanya liburan berdua. Jadi curhat nih, he he he.



Sebagai suami dan istri yang sama-sama bekerja, urusan rumah tangga harus benar-benar dibagi. Saya sangat bersyukur suami saya tidak pernah rewel urusan memasak. Kalau saya sedang capek dan tidak sempat memasak untuk bekal sarapan dan makan siang pun dia tidak pernah protes. Padahal saya ngomel panjang sekali setiap kali dia lupa menaruh baju di keranjang cucian atau menggeletakkan barang sembarangan. Beberapa bulan kami jalani dengan rutinitas Senin-Jumat bekerja, Sabtu-Minggu mengurus rumah. Akhirnya, weekend kemarin suami mengajak untuk nekat pergi ke Bandung, kebetulan dapat promo potongan harga untuk pemesanan hotel. Iya, kami memang pecinta diskon. Jadilah weekend kemarin kami pergi ke Bandung.

Rencana awal, kami akan pergi naik bis dari Cibinong, karena tiket kereta ke Bandung sudah full booked. Tapi setelah sholat subuh, tiba-tiba suami mengajak untuk membawa kendaraan sendiri. Yaa saya sih setuju-setuju saja toh bukan saya yang nyetir. Sebenernya sempat agak ragu juga karena suami belum terlalu lama lancar mengemudikan mobil, tapi saya pikir ah nanti kalau memang dia capek saya juga masih bisa menggantikan. Akhirnya pagi itu kami berangkat ke Bandung menggunakan mobil. Kami berdua hanya pernah satu atau dua kali ke Bandung, itupun dengan orang-orang yang tau jalan ke sana. Sekarang, kami hanya mengandalkan GPS yang ada di ponsel. Perjalanan berangkat ini memakan waktu cukup lama. Entah karena masih belum tau jalan, atau karena sempat macet di beberapa titik dan berhenti untuk istirahat. Kami tiba di hotel jam 2 siang.

Foto di atas adalah foto langit-langit lobi The Palais Dago, hotel tempat kami menginap. Hotel ini terletak di Jl. Juanda. Sebenarnya tidak terlalu jauh dari pintu keluar tol pasteur. Tapi karena kami tidak tahu jaulan dan hanya mengandalkan GPS, jadilah sempat beberapa kali salah belok dan tiba di sana lebih lama. Ruang kamarnya sendiri cukup nyaman. Terdiri dari satu tempat tidur mungkin ukuran queen size, kamar mandi dengan heater dan shower, televisi, kulkas kecil, dan lemari. Ruangannya cukup luas, sayang saya tidak sempat mengambil gambar ruang kamar karena saat itu badan sudah penat dan ingin segera beristirahat. Kamar kami berada di lantai 3, sayang pemandangan keluar dari jendela kurang elok, atap-atap bangunan yang padat dan kusam.

Setelah bermalas-malasan sesorean, setelah maghrib kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar hotel, yak sekali lagi bermodal GPS dan bertanya ke satpam hotel. Suami saya bilang "Yuk jalan-jala ke jalan ini, ada banyak tempat makan deh." saya hanya mengiyakan saja karena sama-sama tidak tahu. Ternyata... setelah berjalan sampai di lokasi yang dimaksud, jalannya termasuk sepi dan gelap. -____- Entah kami salah jalan atau maps nya kurang update. Akhirnya kami berjalan lagi sampai ke ruas jalan yang ramai, makan di tempat makan 'Nasi Bancakan'. Tempat makan ini mengambil tema tradisional. Meja, kursi, dan dekorasi yang ada di ruangan jadul banget sehingga mengentalkan unsur tradisionalnya. Ada gelas dan piring dari kaleng, kendi dari tanah liat, anyam-anyaman bambu. Berasa di rumah nenek lah. He he he. Malam itu tempat makan ini sudah cukup penuh, beruntung kami masih bisa menemukan meja kosong. Karena di sini swalayan, harus ngambil makanan sendiri, jadi saya menunggu di meja dan suami mengambil makan lebih dulu. Menu yang disajikan beragam, olahan ayam, daging, jerohan, ikan, sayur, lalap, sambal. mirip sama isi warteg sebenarnya. Untuk minuman,. selain menu standar (wajib) berupa teh, disediakan juga es goyobod dan cincau hijau. Wah, ibu pasti senang sekali kalau diajak ke sini demi cincau hijau. Menu yang saya pilih ikan pindang, tumis kankung, sambal, es cincau hijau, teh botol. Kurang lebih 30 ribu. Bagaimana dengan rasanya? Menurut saya sih biasa  saja, he he he. Sama lah kayak di warteg - warteg pinggir jalan. Tapi suami saya senang karena menunya beragam.

Malam itu setelah makan kami menyusuri jalanan sekitar dengan harapan menemukan tempat yang menarik untuk dilihat. Sayang. ternyata ga terlalu banyak. Akhirnya kami kembali ke hotel, dan nekat keluar lagi dengan mobil ke Paris van Java Mall meskipun sudah pukul 8 malam. Kalau kata suami "Kan kita ga masalah mau tiba di hotel jam berapapun. Mau jam 12 juga ga pa-pa." Dengan mengandalkan GPS, berangkatlah kami ke PVJ. Daaan sukses nyasar. Sepertinya saya memasukkan kata kunci yang salah pada maps. Syukurlah setelah berganti aplikasi Here kami berhasil tiba dengan selamat di PVJ pada pukul 9 malam. Wah kalau di Bogor, jam segitu mall udah pada tutup. Suasana masih ramai, karena tidak ada tujuan pasti, kami hanya berjalan-jalan saja sambil sesekali memasuki counter yang terlihat menarik. Setelah capek puas berputar-putar, kami kembali ke hotel. Tetap dengan mengandalkan GPS dan ternyata kurang lebih setengah jam kami sudah tiba, entah nyasar ke mana kami saat berangkat tadi.

Cerita hari kedua disimpan untuk postingan selanjutnya ya. Postingan ini sudah sangat panjang dan terlalu lama tersimpan di draft, ntar malah busuk lagi. Have a great day, people!

No comments:

Post a Comment