Friday, September 2, 2016

Eskrim

Siapa yang suka eskrim? Saya! Saya! Saya! Saya yakin banyak yang bersemangat tentang satu makanan ini. Bahkan dalam kondisi semalas-malasnya makan pun, rasanya kalau eskrim akan tetap masuk. He he he. Ketika kecil dulu, eskrim termasuk makanan mewah bagi saya. Tidak setiap saat kepengen pasti bisa makan. Eskrim hanya bisa dibeli pada saat-saat tertentu. Hadiah karena dapat peringkat 1 misalnya. Meskipun terlihat berat bagi anak kecil, tapi saya mensyukuri hal itu. Karena dengan didikan yang seperti itu, saya jadi bisa menghargai eskrim dan tidak membuang-buangnya.
Saat sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri sepeti sekarang, saya bisa beli eskrim kapanpun sebanyak-banyaknya yang saya mau. Ketika pertama kali menyadari kenyataan ini, rasanya ada semacam ledakan kecil euforia dalam hati. jadi, seringkali ketika suasana hati sedang muram, atau pikiran kusut, saya pergi ke minimarket terdekat dan membeli eskrim. Sekarang, saat sudah tinggal di rumah sendiri dan ada kulkas, saya pun rajin menumpuk stok eskrim di dalam freezer. Suami saya pun sering geleng-geleng kepala melihat banyaknya eskrim yang saya beli. Dia sering meledek saya ketika saya mendapat bonus CD dari pembelian eskrim, "Wah, hebat yaa sampai dapat CD." Dan ketika saya cerita saya pernah dapat mug, matanya semakin melebar karena takjub dengan banyaknya eskrim yang saya beli. Sejujurnya, tidak sebanyak itu. TIdak sampai memenuhi freezer. tapi cukup lah untuk persediaan selama satu minggu.

Ngomong-ngomong tentang eskrim, impian saya waktu memilih kuliah di jurusan ilmu dan teknologi pangan adalah: mengetahui proses pembuatan eskrim dan permen. Yep, hanya sedangkal itu. Jadi, ketika ada acara kunjungan industri ke pabrik eskrim, waaaa rasanya impian saya telah terwujud.  Ha ha ha. Tapi melihat proses pembuatan eskrim memang sangat mengasikkan. Rasanya saya tahan melihat konveyor-konveyor yang berjalan membawa bagian-bagian eskrim itu berjalan berputar-putar selama berjam-jam. Segala rupa eskrim dibuat di sana. Popsicle, eskrim cup kecil, cone, cup besar, hingga yang berbentuk seperti cake. Wuah, kalau saya adalah tokoh anime, mungkin sudah terlihat pancaran bintang - bintang dari mata saya. Hal lain yang mengasyikkan ketika kunjungan ke industri eskrim adalah bisa makan eskrim gratis sepuasnya. Wuaa, langsung kalap semua makan eskrim yang mahal-mahal. Tapi yang salah strategi sih malah ga bisa menikmati banyak eskrim karena udah eneg duluan makan eskrim ukuran jumbo.


Dulu ibu sesekali membuat eskrim sendiri di rumah. Dengan menggunakan tepung eskrim siap masak yang ada di pasaran. Hanya perlu diblender. Saya dan kakak (sepupu) senang sekali menemani ibu membuat eskrim ini. Biasanya kami menjilati sisa adonan eskrim di wadah dan di mixer. Meskipun belum dingin tetap enak. Adonan eskrim kemudian dimasukkan dalam cup cup eskrim kecil dan diberi taburan choco chip. Kalau eskrimnya bikin sendiri seperti ini bisa cukup puas makannya. Ah, kangen rasanya menemani ibu di dapur. Herannya, meskipun ketika kecil saya sangat sering menemani ibu memasak, saya sendiri tidak terlalu suka memasak. Bahkan hingga menikah pun, saya cukup jarang memasak. Malah suami yang bersemangat masak karena juga bersemangat makan. Yuk ah, makan apa aja yang penting sehat.

No comments:

Post a Comment