Monday, January 25, 2016

Mensyukuri Hujan

Hari ini hari Senin dan tadi pagi hujan dengan enaknya. Kayak kita masih kurang males aja untuk bangun pagi setelah weekend. Saya bangun seperti biasa pagi ini, tapi beda dengan D. Dia berat banget buat ngangkat badan dari kasur. Hingga saya selesai mandi pun dia masih belum berpisah dengan bantal guling. Padahal dia yang kerjanya di Jakarta, dia yang harus sempit-sempitan naik kereta. Akhirnya D baru berangkat dari rumah pukul 7 kurang. Memang, cuaca pagi seperti ini rasanya sangat tidak mendukung untuk berangkat kerja. Tapi justru, di pagi seperti ini lah yang membuat saya semakin bersyukur. Bersyukur untuk punya suami yang penuh pengertian dan mau mengalah untuk tinggal di tempat yang lebih dekat dengan tempat kerja saya, bersyukur punya rumah yang nyaman untuk ditempati, bersyukur punya kendaraan untuk berangkat ke kantor, dan bersyukur pekerjaan saya memiliki tempat yang baik untuk bekerja. TAdi pagi saat bersiap-siap, saya mendengar motor penjual roti yang setiap pagi lewat. Meskipun hari sedang mendung, bahkan hujan kecil, penjual roti itu harus tetap berkeliling untuk menjajakan rotinya. Setiap orang berjuang untuk mendapatkan rezekinya.

Kadang sering kali kita lupa bersyukur untuk hal-hal kecil. Kesehatan yang kita miliki, keluarga yang menyayangi kita, rumah yang kita tinggali, pakaian yang kita pakai, makanan yang kita nikmati, we just take everything for granted. Namanya manusia, saya pun lebih sering mengeluh daripada bersyukur. Semoga hujan pagi ini semakin menajamkan mata hati untuk melihat lebih luas.Ah, saya lupa mengucap "Allahumma soyyiban nafiian.." Hujan sudah berhenti kini, dan saya yakin meskipun hujan ini banyak membuat orang mengeluh, ia tetap menjadi rizki bagi makhluk-makhluk Allah.

Nah, sekarang saya ingin bercerita tentang akhir minggu kami. Minggu lalu sempat ada rencana untuk jalan-jalan ke Depok, tapi karena D repot banget belakangan ini dan cuaca juga kurang mendukung, akhirnya weekend ini kami habiskan saja di rumah, seperti biasa. Hari Sabtu kami ke mall dekat rumah untuk beli kado pernikahan sepupunya D, kemudian nonton film di rumah. Hari itu berhasil menyelesaikan dua film bagus: The Visit dan Bridge of Spies. Cuaca hari itu emang cocok banget untuk tinggal di rumah. Mendung, gerimis, hujan-hujan kecil. Tapi guntur dan kilatnya ga ramai seperti biasa, jadi ga was-was untuk menyalakan alat elektronik.

Seblum nonton The Visit, saya bikin D janji dulu untuk ga niggalin saya nonton sendirian di tengah-tengah cerita karena dia tidur (seperti yang bisanya terjadi), kenapa? Karena The Visit ini film thriller. Saya ogah kalau harus nonton sendirian. Sebenernya setelah film mulai berjalan, saya ga pa-pa sih nonton sendiri karena ternyata meskipun thriller, film ini bukan film horror yang ada hantu-hantunya. (Is it one of those irrational fears?) Ternyata D pun sanggup nonton sampai habis dan ga tidur di tengah jalan, he he he. Film yang disutradari M. Night Shyamalan ini menurut saya film yang asyik untuk dinikmati. Menggunakan sudut pandang penceritaan yang unik karena seolah-olah tokoh utamanya yang mengambil gambar, semacam orang ngevlog, meskipun beberapa alur mudah saya tebak, tapi karena angel penceritaan yang unik, film ini jadi tidak membosankan. FIlm thriller ini juga diselingi adegan-adegan kocak yang memang mungkin terjadi kalau ada tokoh adik laki-laki jahil dalam cerita. Selipan-selipan adegan lucu yang semakin menguatkan hubungan kakak dan adik ini membuat penonton ga capek karena deg-deg an. Di akhir cerita, digambarkan dua tokoh utamanya, yaitu si kakak dan adik berhasil mengatasi ketakutan mereka masing-masing. Menurut D, untuk kaliber M. Night S.m, film ini terasa kurang. Mungkin karena biasanya sutradara yang namanya susah disebut itu bikin film yang 'berat'. Tapi, saya sendiri puas sekali nonton film ini. Great job, Sir!

Film kedua yang kami tonton, Bridge of Spies karya Steven Spielberg. Hmm, nama sutradaranya aja udah jadi semacam jaminan ya kalau film ini akan menyuguhkan karya yang layak untuk ditonton selama 2 jam. Tadinya saya udah bilang ke D, "Nanti kalau isinya banyak ngobrolnya dan bikin bosen, ganti ya." Ternyata, emang banyak ngobrolnya. Tapi ga bikin bosen, ho ho ho. jadi saya bertahan nonton sampai akhir. Meskipun ada embel-embel spies di judulnya, tokoh utama dalam film ini adalah seorang lawyer. Dia 'ketiban sial' untuk menjadi pembela seseorang yang dituduh sebagai seorang mata-mata Rusia di Amerika. O iya, film ini mengambil setting pada waktu terjadi perang dingin antara Rusia dan USA.. Lawyer ini menjalankan kewajibannya dengan sangat baik meskipun dengan resiko dibenci oleh semua warga di Amerika. Pada akhirnya, lawyer ini berhasil melakukan negosisasi dengan Jerman dan Rusia yang tidak hanya membebaskan prajurit Amerika yang ditangkap oleh Rusia, tapi juga seorang mahasiswa Amerika yang ditangkap oleh Jerman. Saya baru tahu setelah film ini selesai kalau film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Woa. Puas sekali deh hari itu berhasil nonton dua film yang bagus. 

Nyambung besok lagi yaa.

No comments:

Post a Comment